Wednesday, July 29, 2015

MANAGEMENT PIUTANG

TUGAS MANAGEMEN KEUANGAN

“MANAGEMEN PIUTANG”







OLEH:
ERNA SARIFATULLOH – 011304028
RISDA APRIAYANI – 001304008




UNIVERSITAS WIDYATAMA
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI REGULER B
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt. yang telah memberi kesempatan kepada tim penulis sehingga dapat menyelesaikan paper sebagi tugas Mata Kuliah Manajemen Keuangan. Selawat dan salam marilah kita sampaikan kepada baginda Muhammad saw. beserta keluarga dan para sahabat beliau. Pada kesempatan ini kami mencoba untuk enulis sebuah makalah yang berjudul “MANAJEMEN PIUTANG” Ucapan terima kasih tim  penulis kepada Bapak Mochamad Kohar Mudzakar, S.E, M.S.i selaku dosen Mata Kuliah  Manajemen Keuangan.
Untuk penyempurnaan karya tulis ini, penulis memohon kritikan dan saran dari pembaca yang bersifat konstruktif.  Mudah mudahan makalah ini bernmanfaat sebagai bahan  kuliah bagi segenap mahasiswa Fakultas Ekonomi yang sedang menempuh perkuliahan Manajemen Keuangan.

Bandung,       April 2015



Penulis















BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap pemimpin perusahaan selalu menginginkan penjualan barang daganganya dibayar secara tunai. Namun, di lain pihak, penjualn secara kredit  justru akan memberi peluang untuk peluasan pasar sehingga dapat menambah laba usaha, meski hal ini juga bukan tanpa resiko. Biasanya keberhasilan suatu perusahaan dilihat dari segi financialnya, yaitu seberapa besar laba yang di peroleh dari hasil usahanya. Sehingga setiap perusahaan berlomba-lomba menaikan besaran profit yang didapatnya. Namun untuk mencapai tujuan yang diinginkan, suatu perusahaan harus mengoptimalkan segala kegitan dalam perusahaan tersebut, baik itu produksi, pemasaran maupun penjualannya.
Masalah yang umum dihadapi perusahaan ialah penagihan piutang yang telah jatuh tempo tidk selalu daapat diselesikan seluluhnya. Jika keadaan itu terus berlangsung dalam jangka waktu yang lama maka modal perusahaaan akan semakin kecil. Dengan begitu penagihan piutang perlu  mendapat perhatian dan penanganan serius agar resikoyang mungkin timbul dapat dihindari sekecil mungkin. Dalam hal ini, pimpinan seharusnya juga turut aktif mengelola penagihan piutang  agar tidak sampai menghambat operasi  atau kegiatan perusahaan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian piutang?
2. Apa pentingnya ivestasi pada piutang?
3. Apa prinsip pada pemberian kredit?
4. Bagaimana pengukuran efesiensi piutang?
5. Berapa anggaran pengumpulan piutang?
6. Bagaimana analisis pada kebijakan piutang?




BAB II
PENJELASAN
1. Pengertian Manajemen piutang
Menurut Anton M. Samosir mengartikan bahwa piutang sebagai unsure modal kerja yang selalu berputar menurut siklus perusahaan normal. Sedangkan menurut Indriyo, piutang dipakai dalam arti yang sempit, yaitu hanya menunjukkan tagihan yang akan dilunasi degan uang.
Sehingga piutang dapat diartikan sebagai  tagihan kepada pihak lain dimasa yang akan datang karena terjadinya transaksi dimasa lalu. Walaupun pada dasarnya semua perusahaan dagang atau industri menginginkan penjualan cash, tetapi karena adanya keterbatasan daya beli masyarakat, atau alasan lainnya dilakukan penjualan secara kredit. Penjualan secara kredit akan dapat meningkatkan omset penjualan, akan tetapi memiliki resiko tertundanya penerimaan kas, sehingga membutuhkan investasi yang lebih besar. Selain itu dapat juga mengakibatkan kerugian karena menunggak atau bahkan tidak tertagih. Semakin lama piutang tertunggak akan semakin besar investasi yang dibutuhkan.
Piutang, salah satu jenis transaksi akutansi yang mengurusi penagihan konsumen yang berhutang pada seseorang, suatu perusahaan, atau suatu organisasi untuk barang dan layanan yang telah diberikan pada konsumen tersebut. Pada sebagian besar entitas bisnis, hal ini biasanya dilakukan dengan membuat tagihan dan mengirimkan tagihan tersebut kepada konsumen yang akan dibayar dalam suatu tenggat waktu yang disebut termin kredit atau pembayaran.  Piutang- piutang dapat digologkan atas:
1.      Piutang Usaha (trade receivabel)
Piutang usaha merupakan segala tagihan dari penjualan barang-barang atau jasa yang dilakukan secara kredit oleh perusahaan. Jika tagihan itu didukung oleh tagihan tertulis oleh debitor kepada perusahaan untuk membayar pada suatu tanggal tertentu, piutang tersebut adalah piutang wesel.
2.      Piutang lain-lain (non trade receivabel)
Piutang lain-lain merupakan tagihan yang tidak berasal dari penjualan barang maupun jasa dalam kegiatan normal perusahaan, dalam hal ini posisi piutang dalam siklus aktiva lancar

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya investasi dalam Piutang
1.   Volume penjualan kredit, semakin besar volume penjualan kredit, makin besar investasi yang tertanam dalam Piutang
2.    Syarat pembayaran (termin), semakin lama masa kredit,semakin besar invesatasinya.
3.    Ketentuan tentang pembatasan kredit, batasan kredit dapat berupa kuantitatif (plafon kredit, semakin besar plafon kredit perpelanggan makin besar investasi yang diperlukan) dan kualitatif (selektif terhadap pelanggan kredit, makin ketat seleksi akan semakin memperkecil investasi dalam piutang).
4.   Kebijakan pengumpulan piutang, pengumpulan piutang dapat bersifat aktif (menggunakan debt collector)pengumpulan piutang lebih tepat waktu tetapi perlu tambahan biaya pengumpulan piutang, atau pasif yaitu keyakinan bahwa debitur menepati janji, maka resiko tertunggaknya piutang lebih besar.
5.   Kebiasaan membayar dari para langganan, apabila sebagian besar pelanggan membayar pada masa diskon (termin 2/10;n/30), maka membutuhkan investasi lebih kecil, tetapi jika pelanggan membayar pada hari ke 30 atau bahkan menunggak, perlu invstasi yg besar

3. Prinsip Pemberian Kredit
a. Character
Character merupakan sifat atau watak seseorang. Sifat atau watak dari seseorang yang akan diberikan kredit benar-benar harus dipercaya. Dalam hal ini bank meyakini benar bahwa calon debiturnya memiliki reputasi baik, artinya selalu menepati janji dan tidak terlibat hal-hal yang berkaitan dengan kriminalitas, misalnya penjudi, pemabuk, atau penipu. Untuk dapat membaca sifat atau watak dari calon debitur dapat dilihat sari latar belakang nasabah, baik yang bersifat latar belakang pekerjaan maupun yang bersifat pribadi seperti cara hidup atau gaya hidup yang dianutnya, keadaan keluarga, hobi dan jiwa sosial.
b. Capacity
Capacity adalah analisis untuk mengetahui kemampuan nasabah dalam membayar kredit. Bank harus mengetahui secara pasti atas kemampuan calon debitur dengan melakukan analisis usahanya dari waktu ke waktu. Pendapatan yang selalu meningkat diharapkan kelak mampu melakukan pembayaran kembali atas kreditnya. Sedangkan bila diperkirakan tidak mampu, bank dapat menolak permohonan dari calon debitur. Capacity sering juga disebut dengan nama Capability.
c. Capital
Capital adalah kondisi kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan yang dikelola calon debitur. Bank harus meneliti modal calon debitur selain besarnya juga strukturnya. Untuk melihat penggunaan modal apakah efektif, dapat dilihat dari laporan keuangan (neraca dan laporan rugi laba) yang disajikan dengan melakukan pengukuran seperti dari segi likuiditas dan solvabilitasnya, rentabilitas dan ukuran lainnya.

d. Condition
Pembiayaan yang diberikan juga perlu mempertimbangkan kondisi ekonomi yang dikaitkan dengan prospek usaha calon nasabah. Penilaian kondisi dan bidang usaha yang dibiayai hendaknya benar-benar memiliki prospek yang baik, sehingga kemungkinan kredit tersebut bermasalah relatif kecil.

e.  Collateral
Collateral merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun yang nonfisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan. Jaminan juga harus diteliti keabsahannya, sehingga jika terjadi sesuatu, maka jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan secepat mungkin.

5. Pengukuran Efesiensi Piutang
Selanjutnya penilaian suatu kredit dapat pula dilakukan dengan analisis 7P kredit dengan unsur penilaian sebagai berikut:
1. Personality
Yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari-hari maupun kepribadiaannya di masa lalu. Penilaian personality juga mencakup sikap, emosi, tingkah laku dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah dan menyelesaikannya.
2. Party
Yaitu mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi atau golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas, serta karakternya sehingga nasabah dapat digolongkan ke golongan tertentu dan akan mendapatkan fasilitas kredit yang berbeda pula dari bank.

3. Perpose
Yaitu mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah. Tujuan pengambilan kredit dapat bermacam-macam sesuai kebutuhan. Sebagai contoh apakah untuk modal kerja, investasi, konsumtif, produktif dan lain-lain.
4. Prospect
Yaitu untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan datang apakah menguntungkan atau tidak dengan kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya. Hal ini penting mengingat jika suatu fasilitas kredit yang dibiayai tanpa mempunyai prospek, bukan hanya bank yang rugi akan tetapi juga nasabah.
5. Payment
Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit. Semakin banyak sumber penghasilan debitur maka akan semakin baik. Sehingga jika salah satu usahanya merugi akan dapat ditutupi oleh usaha lainnya.
6. Profitabillity
Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba. Profitability diukur dari periode ke periode, apakah akan tetap sama atau akan semakin meningkat, apalagi dengan tambahan kredit yang akan diperolehnya.
7. Protection
Tujuannya adalah bagaimana menjaga agar kredit yang diberikan mendapatkan jaminan perlindungan, sehingga kredit yang diberikan benar-benar aman. Perlindungan yang diberikan oleh debitur dapat berupa jaminan barang atau orang atau jaminan asuransi.


6. ANGGARAN PENGUMPULAN PIUTANG
Anggaran Piutang adalah anggaran yang merencanakan secara lebih terperinci tentang sejumlah piutang perusahaan beserta perubahan-perubahanya dari waktu ke waktu selama periode yang akan datang.Anggaran piutang menunjukan besarnya piutang dari transaksi-transaksi penjualan secara kredit yang dilakukan perusahaan.
Anggaran tersebut menerangkan mengenai jumlah piutang yang tertagih dari waktu ke waktu, serta menunjukan pula sisa piutang yang belum tertagih dari waktu ke waktu selama periode yang akan datang. Penjualan secara kredit ini dilakukan perusahaan dalam rangka meningkatkan jumlah penjualan hasil produksinya dipasar,mengingat keadaan persaingan yang semakin besar.
Piutang dagang memiliki berbagai jenis beban dan biaya yang timbul akibat menjual produk secara kredit,diantaranya yaitu :
1. Biaya modal
2. Biaya administrasi piutang, seperti biaya penagihan piutang dan biaya organisasi perunit kerja yang deserahi tugas mengelola piutang.
3. Piutang mungkin tidak seluruhnya dapat ditagih karena adanya resiko debitor tidak bertanggung jawab (melarikan diri) atau bangkrut.

7.  LANGKAH-LANGKAH MENYUSUN ANGGARAN PIUTANG
Beberapa langkah-langkah didalam menyusun anggaran piutang, antara lain : 
·           Menentukan besarnya jumlah penjualan tunai dan jumlah penjualan kredit yangv dihasilkan oleh suatu perusahaan dalam jangka waktu satu bulan atau triwulan. 
·           Menentukan besarnya Bed debts atau besarnya piutang tak tertagih yang harusv dicadangkan. 
·           Mengetahui atau mengidentifikasi besarnaya term of credit.
·           Perhatikan kemungkinan adanya bunga untuk penjualan kredit.
·           Menyusus  dalam bentuk tabel-tabel yang sistematis







BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN

Piutang adalah tagihan kepada pihak lain dimasa yang akan datang karena terjadinya transaksi dimasa lalu.  Piutang,  salah satu jenis transaksi akutansi yang mengurusi penagihan konsumen yang berhutang pada seseorang, suatu perusahaan, atau suatu organisasi untuk barang dan layanan yang telah diberikan pada konsumen tersebut. Kebijaksanaan kredit (standar kredit/kualitas rekening yang diterima, jangka waktu/periode kredit yang diberikan, discount/potongan tunai yang diberikan untuk pembayaran yang lebih awal.

1 comment: