Wednesday, July 29, 2015

AKUNTANSI - HARGA POKOK PESANAN 2 (LANJUTAN)

MATERI SESI 5

AKUNTANSI HARGA POKOK PESANAN 2 (Lanjutan)



MATERI BAHASAN
1.      Mencatat perlakuan sisa bahan terhadap harga pokok pesanan
2.      Mencatat perlakuan Produk rusak terhadap harga pokok pesanan
3.      Mencatat perlakuan Produk cacat terhadap harga pokok pesanan

PENDAHULUAN
Dalam Bab ini akan dibahas tentang bagaimana memperlakukan masalah-masalah khusus
yaitu bagaimana sisa bahan, produk rusak dan cacat  terhadap harga pokok barang selesai.
Apakah biaya yang terserap dalam produk rusak harus dibebankan kepada pemesan atau menjadi beban perusahaan demikian pula dengan produk cacat muncul biaya perbaikan yang menjadi beban konsumen atau produsen.

MASALAH DALAM HARGA POKOK PESANAN 
Proses produksi biasanya menghasilkan unit yang belum sempurna yaitu adanya sisa bahan, produk rusak dan produk cacat sehingga tidak dapat dijual secara reguler. Karena sisa bahan, produk rusak dan produk cacat biasanya memiliki sedikit nilai atau kemungkinan tidak laku,
maka masing-masing memerlukan perlakuan akuntansi.
Penyebab terjadinya sisa bahan, produk rusak dan produk cacat adalah :
a)      Sulitnya pengerjaan pesanan tersebut
Hal ini terjadi karena memang spesifikasi dari pemesan yang rumit sehingga menimbulkan sisa bahan atau produk rusak maupun produk cacat.
Contoh : bila membuat baju pengantin akan sulit dibandingkan dengan baju yang dipakai penyaji el fama yang hanya dibuat sederhana sekali
b)      Normal artinya kerusakkan tidak dapat dihindari terjadinya pada kondisi operasi yang efisien. Hal inipun akan terjadi diperusahaan yang lain
Contoh : batasam terjadinya masalah adalah  normal  bila misalnya  5 % atau kurang 
c)      Abnormal artinya kerusakkan tidak perlu terjadi pada kondisi operasi yang efisien. Hal i ni tidak akan terjadi di perusahaan lain, hal ini dapat terjadi karena kkurang pengawasan dalam produksinya.  

SISA BAHAN (SCRAP)
Sisa bahan berasal dari sifat Pengolahan bahan, penyimpanan bahan terlalu lama dan lainnya. 
Sisa bahan nilainya kecil dan tidak laku dijual tidak ada jurnal, tetapi bila memerlukan biaya pemusnahan, maka biayanya ditambahkan pada :
a)      Biaya bahan baku bila penyebabnya sulit pengerjaan atau
b)      Ditambahkan pada biaya overhead pabrik bila penyebabnya normal.
 Bila sisa bahan dapat dijual, hasil penjualan dapat :
a)      Mengurangi biaya bahan baku bila penyebabnya sulit pengerjaan atau
b)      Dikurangkan pada biaya overhead pabrik atau pendapatan lain-lain bila normal.

Contoh  1:  Sisa bahan

Berikut adalah data biaya produksi suatu pesanan
Biaya Bahan baku
Rp   400.000

Biaya upah langsung
Rp   500.000

Biaya FOH yang dibebankan
Rp   750.000

HP produk selesai
Rp1.650.000

Kasusnya 1a
Dalam proses produksi terdapat sisa bahan yang tidak laku dijual dan perlu dimusnahkan,
bila diketahui biaya pemusnahan sebesar Rp 100.000,
maka perhitungan harga pokok selesai sebagai berikut :
dengan asumsi terjadinya sisa bahan karena
a.       sulit pengerjaaan
Rp 1.650.000 + Rp 100.000 = Rp 1.750.000
b.      Normal à tetap Rp 1.650.000 karena biaya pemusnahan dibebankan sebagai biaya oberhea pabrik sesungguhnya
maka ayat jurnal yang dibuat untuk pemusnahan sisa bahan adalah
Bila Sulit Pengerjaan




Work in Process
Rp100.000

   Cash

Rp100.000

Bila Normal terjadi


FOH Control
Rp100.000

  Cash

Rp100.000
Catatan :
Biaya pemusnahan memerlukan uang kas sehingga kas dikredit dan lawannya Work in proses karena menambah biaya produksi tetapi bila normal hanya menambah biaya overhead pabrik sesungghnya saja

Berikut adalah data biaya produksi suatu pesanan
Biaya Bahan baku
Rp   400.000

Biaya upah langsung
Rp   500.000

Biaya FOH yang dibebankan
Rp   750.000

HP produk selesai
Rp1.650.000

Kasusnya 1b
Dalam proses produksi terdapat sisa bahan yang telah dikumpulkan untuk dijual,
 Bila diketahui hasil penjualan sisa bahan tersebut adalah Rp 200.000
maka perhitungan harga pokok selesai sebagai berikut :
dengan asumsi terjadinya sisa bahan karena
c.       sulit pengerjaaan
Rp 1.650.000 - Rp 200.000 = Rp 1.450.000
d.      Normal à tetap Rp 1.650.000 karena penjualan sisa bahan sebagai pengurang biaya oberhea pabrik sesungguhnya
maka ayat jurnal yang dibuat untuk penjualan sisa bahan adalah :

Bila Sulit Pengerjaan



Cash 
Rp200.000


   Work in Process

Rp200.000





Bila Normal terjadi


Cash
Rp200.000

    FOH Control

Rp200.000
Cash
Rp200.000

      Other Income

Rp200.000

Catatan :
Karena perusahaan menerima hasil  penjualan sisa bahan maka perusahaan akan menerima ka sebesar Rp 200.000 disebelah debit sedangkan kreditnya bisa Work ini process atau FOH control atau sebagai other income (penghasilan l ain-lain)

PRODUK RUSAK (SPOILAGE PRODUCT)
Produk rusak adalah produk yang dihasilkan tidak sesuai dengan standar  mutu yang ditentukan dan tidak ekonomis untuk diperbaiki.
Tidak ekonomis artinya memperbaikinya sama beszrnya dengan membuat baru
Produk rusak kemungkinan tidak laku dijual atau laku dijual. Kerugian yang berhubungan dengan barang rusak dapat diperlakukan sebagai :
a)      Bagian dari harga pokok pesanan bila penyebabnya adalah karena sulit pengerjan
b)      Dibebankan sebagai biaya overhead pabrik bila normal terjadi atau
c)      Dibebankan sebagai rugi produk rusak bila terjadinya abnormal.
Bila laku dijual, hasil penjualan di kurangkan pada harga pokok pesanan bila sulit pengerjaan atau mengurangi biaya overhead pabrik bila normal atau mengurangi rugi produk rusak bila abnormal. 
Contoh 2 : Produk Rusak
PT NEDA berproduksi dengan kapasitas bulanan 12.500 unit. Produksi dilakukan berdasarkan pesanan yang diterima. Kerusakan terjadi disebabkan oleh berbagai faktor yang tidak dapat diperkirakan.
Selama bulan Nopember, diproduksi 10.000 unit dengan biaya sbb :
Biaya Bahan baku Rp 40 per unit, 
Biaya upah langsung Rp 50 per unit, 
Biaya overhead pabrik yang dibebankan dengan tarif 150% dari upah langsung.
Biaya overhead pabrik yang sesungguhnya Rp 780.000
Pada hari terakhir dalam bulan tersebut, seluruh hasil produksi pada hari itu diperiksa dan diketahui sebesar 400 unit rusak.
Berdasarkan soal diatas buatlah perhitungan harga pokok dan jurnal yang diperlukan
a.       Bila Produk rusak tidak laku dijual  dan terjadinya kerusakan tersebut adalah
1)      Sulit Pengerjaan
2)      Normal terjadi
3)      Abnormal terjadi
b.      Bila Produk rusak laku dijual dengan harga Rp 50 per unit dan terjadinya kerusakan adalah
1)      Sulit Pengerjaan
2)      Normal terjadi
3)      Abnormal terjadi
Jawab
Biaya Bahan baku
Rp   40

Biaya upah langsung
Rp   50

Biaya FOH yang dibebankan
Rp   75
150% dari biaya upah langsung
Biaya produksi per unit
Rp 165


PERHITUNGAN HARGA POKOK BILA PRODUK RUSAK SULIT PENGERJAAN TIDAK LAKU DIJUAL
Biaya Bahan baku
Rp   400.000
 10.000 unit X Rp 40
Biaya upah langsung
Rp   500.000
 10.000 unit X Rp 50
Biaya FOH yang dibebankan
Rp   750.000
 10.000 unit X Rp 75
HP produk selesai 9.600 unit
Rp1.650.000

PERHITUNGAN HARGA POKOK BILA PRODUK RUSAK SULIT PENGERJAAN LAKU DIJUAL
Biaya Bahan baku
Rp   400.000
 10.000 unit X Rp 40
Biaya upah langsung
Rp   500.000
 10.000 unit X Rp 50
Biaya FOH yang dibebankan
Rp   750.000
 10.000 unit X Rp 75
HP produk selesai 9.600 unit
Rp1.650.000

Hasil penjualan produk rusak
Rp     20.000

HP produk selesai 9.600 unit
Rp1.630.000


PERHITUNGAN HP BILA PRODUK RUSAK NORMAL/ABNORMAL  TIDAK LAKU /LAKU DIJUAL
Biaya Bahan baku
Rp   400.000
 10.000 unit X Rp 40
Biaya upah langsung
Rp   500.000
 10.000 unit X Rp 50
Biaya FOH yang dibebankan
Rp   750.000
 10.000 unit X Rp 75
HP produk selesai 9.600 unit
Rp1.650.000

Harga pokok produk rusak
Rp     66.000

HP produk selesai 9.600 unit
Rp1.584.000


Kasus produk rusak tidak laku dijual
Perhitungan harga pokok barang selesai bila rusak karena sulit pengerjaan
Jadi harga pokok produk selesai adalah Rp 1.650.000
Keterangan : jumlah Rp 1.650.000 termasuk harga pokok barang rusak

Perhitungan harga pokok barang selesai bila rusak karena Normal atau abnormal
Harga pokok produk rusak 400 x Rp 165= Rp 66.000
Angka Rp 66.000 diperlakukan sebagai overhead pabrik bila normal, dan diperlakukan sebagai rugi produk rusak bila abnormal
Jadi harga pokok produk selesai bila ada produk rusak normal atau abnormal sebesar  Rp 1.650.000 – Rp 66.000 = Rp 1.584.000

Kasus produk rusak laku dijual
Perhitungan harga pokok barang selesai bila rusak karena sulit pengerjaan
Hasil penjualan produk rusak 400.000 x Rp 50 = Rp 20.000
Jadi harga pokok produk selesai = Rp 1.650.000 – Rp 20.000 = Rp 1.630.000

Perhitungan harga pokok barang selesai bila rusak karena Normal atau abnormal
Hasil penjualan produk rusak 400.000 x Rp 50 = Rp 20.000
Harga pokok produk rusak 400 x Rp 165= Rp 66.000
Jadi kerugi produk rusak = Rp 66.000 – Rp 20.000  = Rp 46.000
(diperlakukan sebagai overhead pabrik bila normal, rugi produk rusak bila abnormal)
Jadi harga pokok produk selesai = Rp 1.650.000 – Rp 66.000 = Rp 1.584.000
Jurnal untuk mencatat biaya produksi, produk rusak baik laku maupun tidak laku dijual
Asumsi terjadinya rusak karena sulit pengerjaan tidak laku dijual
Jurnal mencatat biaya produksi
Work in Process
1,650,000
     Material Inventory
400,000
     Payroll
500,000
     Applied FOH
750,000

Jurnal mencatat biaya overhead pabrik sesungguhnya
FOH Actual
780,000
  Various Credit
780,000

Jurnal mencatat Barang selesai
Finished Good Inventory
1,650,000
    WIP
1,650,000

Asumsi terjadinya rusak karena normal terjadi dan tidak laku dijual
Jurnal mencatat biaya produksi
Work in Process
1,650,000
     Material Inventory
400,000
     Payroll
500,000
     Applied FOH
750,000

Jurnal mencatat biaya overhead pabrik sesungguhnya
FOH Actual
780,000
  Various Credit
780,000

Jurnal mencatat harga pokok produk rusak
FOH Actual
66,000
  Work In process
66,000

Jurnal mencatat Barang selesai
Finished Good Inventory
1,584,000
    WIP
1,5,000

Asumsi terjadinya rusak karena abnormal terjadi dan tidak laku dijual
Jurnal mencatat biaya produksi
Work in Process
1,650,000
     Material Inventory
400,000
     Payroll
500,000
     Applied FOH
750,000

Jurnal mencatat biaya overhead pabrik sesungguhnya
FOH Actual
780,000
  Various Credit
780,000

Jurnal mencatat harga pokok produk rusak
Loss from Spoiled
66,000
  Work In process
66,000

Jurnal mencatat Barang selesai
Finished Good Inventory
1,584,000
    WIP
1,5,000

Asumsi terjadinya rusak karena sulit pengerjaan laku dijual
Jurnal mencatat biaya produksi
Work in Process
1,650,000
     Material Inventory
400,000
     Payroll
500,000
     Applied FOH
750,000

Jurnal mencatat biaya overhead pabrik sesungguhnya
FOH Actual
780,000
  Various Credit
780,000

Jurnal mencatat Barang selesai
Finished Good Inventory
1,630,000
    WIP
1,630,000

Jurnal mencatat penjualan produk rusak
Cash
20,000
    WIP
20,000

Asumsi terjadinya rusak karena normal terjadi dan laku dijual
Jurnal mencatat biaya produksi
Work in Process
1,650,000
     Material Inventory
400,000
     Payroll
500,000
     Applied FOH
750,000

Jurnal mencatat biaya overhead pabrik sesungguhnya
FOH Actual
780,000
  Various Credit
780,000

Jurnal mencatat harga pokok produk rusak
FOH Actual
66,000
  Work In process
66,000

Jurnal mencatat Barang selesai
Finished Good Inventory
1,584,000
    WIP
1,5,000

Jurnal mencatat penjualan produk rusak
Cash
20,000
     FOH Actual
20,000

Asumsi terjadinya rusak karena abnormal terjadi dan laku dijual
Jurnal mencatat biaya produksi
Work in Process
1,650,000
     Material Inventory
400,000
     Payroll
500,000
     Applied FOH
750,000

Jurnal mencatat biaya overhead pabrik sesungguhnya
FOH Actual
780,000
  Various Credit
780,000

Jurnal mencatat harga pokok produk rusak
Loss from spoiled good
66,000
  Work In process
66,000

Jurnal mencatat Barang selesai
Finished Good Inventory
1,584,000
    WIP
1,5,000

Jurnal mencatat penjualan produk rusak
Cash
20,000
     Loss from spoiled good
20,000

PRODUK CACAT (DEFECTIVE PRODUCT)
Produk Cacat adalah produk yang dihasilkan tidak sesuai dengan standar  mutu yang ditentukan tetapi masih ekonomis untuk diperbaiki.
Perbedaan rusak dan cacat adalah produk rusak tidak diperbaiki sedangkan produk cacat dapat diperbaiki, sehingga masalahnya bagaimana memperlakukan biaya perbaikan produk cacat tersebut kepada pesanan yaitu :
a)      Ditambahkan pada harga pokok pesanan yg bersangkutan bila penyebabnya sulit pengerjaan.
b)      Biaya perbaikan ditambahkan pada biaya overhead pabrik bila penyebabnya normal 
c)      Biaya perbaikan ditambahkan pada rugi produk cacat bila penyebabnya abnormal 

Contoh 3 : Produk Cacat
PT OVAL mendapat pesanan sebanyak 500 unit  produk dengan biaya produksi langsung sebesar Rp 500 per unit untuk bahan dan Rp 300 untuk upah. Overhead pabrik dibebankan sebesar 200% dari biaya upah langsung. Overhead sesungguhnya Rp 310.000 50 unit ternyata cacat dan harus diperbaiki dengan  biaya sebesar Rp 3.000 untuk bahan dan Rp 6.000 untuk upah dan overhead pabrik 200% dari biaya upah langsung.
Diminta : Buatlah jurnal, bila Produk cacat terjadinya adalah
a)      Sulit Pengerjaan
b)      Normal terjadi
c)      Abnormal terjadi
Biaya Bahan baku
Rp  250.000
 500 unit x Rp 500
Biaya upah langsung
Rp  150.000
500 unit x Rp  300
Biaya FOH yang dibebankan
Rp  300.000
500 unit x Rp  600
Harga pokok produk selesai
Rp 700.000


Biaya perbaikan


Biaya Bahan baku
Rp      3.000

Biaya upah langsung
Rp      6.000

Biaya FOH yang dibebankan
Rp    12.000

Harga pokok produk rusak
Rp    21.000



Jurnal yang dibuat dengan kondisi sbb :
a)      Produk cacat terjadi karena sulit pengerjaan
Jurnal Biaya Produksi
Work in Process
Rp 700.000

     Material Inventory

Rp  250.000
     Payroll

Rp  150.000
     Applied FOH

Rp  300.000

Jurna mencatat  biaya  overhead pabrik sesungguhnya
FOH Actual
Rp  310.000

  Various Credit

 Rp  310.000

Jurna mencatat  biaya  perbaikan produk cacat
Work in Process
Rp 21.000

     Material Inventory

Rp    3.000
     Payroll

Rp    6.000
     Applied FOH

Rp  12.000

Jurnal untuk mencatat produk selesai
Finished Good Inventory
Rp 721.000

    WIP

 Rp 721.000

b)      Produk cacat terjadi karena normal
Jurnal Biaya Produksi
Work in Process
Rp 700.000

     Material Inventory

Rp  250.000
     Payroll

Rp  150.000
     Applied FOH

Rp  300.000

Jurna mencatat  biaya  overhead pabrik sesungguhnya
FOH Actual
Rp  310.000

  Various Credit

 Rp  310.000

Jurna mencatat  biaya  perbaikan produk cacat
FOH Actual
Rp 21.000

     Material Inventory

Rp    3.000
     Payroll

Rp    6.000
     Applied FOH

Rp  12.000

Jurnal untuk mencatat produk selesai
Finished Good Inventory
Rp 700.000

    WIP

 Rp 700.000


c)      Produk cacat terjadi karena Abnormal
Jurnal Biaya Produksi
Work in Process
Rp 700.000

     Material Inventory

Rp  250.000
     Payroll

Rp  150.000
     Applied FOH

Rp  300.000

Jurna mencatat  biaya  overhead pabrik sesungguhnya
FOH Actual
Rp  310.000

  Various Credit

 Rp  310.000

Jurna mencatat  biaya  perbaikan produk cacat
Loss from defectived
Rp 21.000

     Material Inventory

Rp    3.000
     Payroll

Rp    6.000
     Applied FOH

Rp  12.000

Jurnal untuk mencatat produk selesai
Finished Good Inventory
Rp 700.000

    WIP

 Rp 700.000

RANGKUMAN
Dalam proses produksi dapat terjadi sisa bahan akibat dari sifat produksi tersebut, produk rusak yang bersifat normal, abnormal atau karena sulit pengerjaan yang tidak ekonomis untuk diperbaiki tapi kemungkinan dapat laku dijual, produk cacat yang bersifat normal, abnormal dan sulit pengerjaan yang masih dapat diperbaiki masalahnya adalah bagaimana perlakuan biaya perbaikannya.  


1 comment: