III. TEORI DETERMINASI PENDAPATAN NASIONAL
(PEREKONOMIAN 2 SEKTOR)
1. PENDEKATAN
ANALISA DETERMINASI PENDAPATAN NASIONAL
. Investasi
Investasi adalah penambahan stok modal di suatu negara seperti bangunan,
peralatan produksi dan barang – barang inventaris dalam waktu satu tahun.
Investasi merupakan pengorbanan konsumsi saat ini untuk memperbesar konsumsi di
masa mendatang. Termasuk tindakan kita untuk tidak membelanjakan uang yang ada.
Akan tetapi menurut para pakar ekonomi investasi merupakan produksi
barang-barang modal tahan lama.
2. Determinasi DNP
dengan faktor Pemerintah
Pemerintah pusat maupun pemerintah daerah merupakan konsumen terbesar, oleh
karena intu dalam menghitung GNP harus mengikut sertakan nilai produk yang dikonsumsi
atau diinvestasikan oleh seluruh bangsa secara kolektif. Dengan demikian kita
harus memasukan barang-barang pribadi dan barang-barang yang berupa fasilitas
umun.
Pengeluaran pembayaran transfer hanya memasukan pembelanjaan pemerintah
terhadap barang dan jasa dan tidak memasukan pengeluaran terhadap pembayaran
trasnfer.
Pembayaran transfer pemerintah adalah pembayaran pemerintak kepada
individu-individu yang tidak dipakai untuk menghasilkan barang dan jasa sebagai
penghasilannya. Pengeluaran pemerintah berupa bantuan tunjangan kepada para
pengenggur, uang pensiun, bantuan bagi anak yatim piatu atau orang cacat
termasuk pembayaran transfer.
3. Kaitan Investasi Dengan
Tabungan
Salah satu kaitan penting dalam perhitungan pendapatan nasional adalah kaitan
antara tabungan dan investasi. Untuk mengukur investasi dapat dilakukan dengan
pendekatan arus barang dan pendekatan arus penghasilan/biaya.
2. FUNGSI
KONSUMSI DAN TABUNGAN
Konsumsi dan Tabungan
Konsumsi adalah komponen tunggal terbesar dari GNP mencangkup 66% dari
pengeluaran total. Komponen utama dari konsumsi adalah perumahan, kendaraan
bermotor, makanan dan pelayanan kesehatan.
Ada tiga komponen utama konsumsi :
1. Barang-barang
tahan lama seperti mobil.
2. Barang-barang
tidak tahan lama seperti makanan
3. Jasa-jasa
seperti seperti pendidikan tinggi.
Tabungan,
merupakan bagian pendapatan yang tidak dikonsumsi. Jadi tabungan adalah
pendapatan dikurangi konsumsi.
2. Fungsi Konsumsi
Fungsi konsumsi menunjukan hubungan hubungan antara tingkat pengeluaran
konsumsi dengan tingkat pendapatan disposibel perorangan.
Titik impas ( break even point ) terjadi bilamana tingkat pengeluaran tepat
sama dengan pendapatan disposibel.
Faktor-faktor yang menentukan konsumsi adalah :
a. Pendapatan
disposibel
b. Pendapatan
permanen adalah tingkat pendapatan yang akan diterima rumah tangga
c. Kekayaan atau
faktor lain, kekayaan membuktikan bahwa kekayaan yang lebih tinggi
mengakibatkan konsumsi lebih tinggi.
3. Fungsi Tabungan
Fungsi tabungan menunjukan hubungan antara tingkat tabungan dengan tingkat
pendapatan.
a. MPC ( marginal
propensity to consume )
Adalah tambahan
jumlah pengeluaran konsumsi oleh masyarakat sejalan dengan peningkatan
pendapatan, atau tambahan konsumsi akibat naiknya pendapatan.
MPC = ^C
^ Yd
b. MPS ( marginal
propensity to save )
Adalah tambahan
pendapatan yang digunakan untuk tambahan tabungan atau tambahan menabung
sebagai akibat dari tambahan pendapatan.
MPS = ^S
^Yd
c. APC ( Average
propensity to consume )
Atau
kecenderungan mengkonsumsi rata-rata pada tingkat pendapatan nasional tertentu
artinya perbandingan antara besarnya suatu konsumsi pada suatu tingakat
pendapatan nasional dengan besarnya tingkat pendapatan nasional itu sendiri.
APC
= Cn
Yn
d. PTC (
Propensity to consume )
Adalah
kecenderungan untuk mengkonsumsi atau kecenderungan individu-individu untuk
mengeluarkan sebagian dari pendapatan mereka untuk tujuan konsumsi.
PTC
= C
Y
e. APS (
average propensity to save )
Atau
kecenderungan menabunga rata-rata. Pada waktu rumah tangga mengambil tabungan,
maka nilai APS negatif. Sebaliknya pada waktu pendapatan disposibelnya tidak
dibelanjakan, maka APS positif. Selain itu kenaikan pendapatan disposibel akan
menaikan konsumsi rumah tangga. Tetapi jika kenaikan konsumsi lebih kecil dari
pendapatan disposible, maka kelebihan disposibel itu akan ditabung.
APS
= S
Yd
f. PTS (
propensity to save )
Adalah
kecenderungan individu untuk mengeluarkan sebagian pendapatannya untuk
tabungan.
PTS
= S
Y
3. FUNGSI KONSUMSI
JANGKA PENDEK DAN JANGKA PANJANG
- FUNGSI
KONSUMSI
Adalah suatu
fungsi yang menunjukkan hubungan antara variabel pendapatan nasional ( Y )
dengan variabel konsumsi ( C ). Fungsi konsumsi menurut JM Keynes dirumuskan
sebagai
C = Co + cY
Karakteristik
Fungsi Konsumsi Keynes adalah :
- Besarnya
pengeluaran konsumsi ( C ) dipengaruhi secara positif dan searah
oleh besarnya pendapatan
- Merupakan
fungsi konsumsi jangka pendek, ditunjukkan adanya konsumsi otonom (
Co ) yaitu
¨
Pengeluaran konsumsi pada saat pendapatan sama dengan nol ( 0 )
¨
Pengeluaran konsumsi yang tidak dipengaruhi oleh pendapatan
1. c
= Marginal Propensity to Consume ( MPC ) yaitu besarnya kecenderungan
perubahan konsumsi ketika pendapatan berubah ( D C / DY ). 0
< c < 1, atau MPC positif tapi kurang dari 1. (Ini berdasarkan
Fundamental Psychological Law). Dimana c merupakan slope kurva konsumsi.
2. Y
adalah pendapatan yang siap dibelanjakan atau disebut disposible
income yaitu Y d
= Y – tax + subsidi
3. Average
Propensity to Consume atau kecenderungan rata – rata untuk
berkonsumsi .
APC
= C / Y =
Co + cY = c
+ Co / cY
Y
¨
Besarnya APC tidak konstan, tetapi membesar dengan semakin besarnya C
¨
Dalam jangka pendek APC > MPC
¨
APC ( pada satu tingkat pendapatan ) adalah slope garis yang dibuat dari
titik origin ke suatu titik pada kurva konsumsi ( pada tingkat pendapatan
tertentu
- Fungsi
konsumsi jangka panjang Keynes mempunyai sifat – sifat sebagai
berikut:
¨
Fungsinya C = kY
¨
MPC = APC
¨
MPC jangka panjang > MPC jangka pendek
¨
Tidak ada autonomous consumption, karena dalam jangka panjang apabila tidak ada
pendapatan maka tidak bisa berkonsumsi.
Hubungan
Konsumsi Jangka Panjang dan jangka Pendek
Dalam jangka
panjang , pola konsumsi menurut Keynes akan membentuk suatu pola tertentu
dengan berbagai model. Model – model tersebut dikembangkan oleh pengikut
– pengikut Keynes. Terdapat tiga model hubungan konsumsi jangka panjang dan
jangka pendek yang perlu dibahas di sini, ayitu :
- Permanent
Income Hypothesis, menurut Milton Friedman, pendapatan
permanen terdiri dari pendapatan periode lalu ditambah dengan windfall
income yang diyakini menjadi bagian dari pendapatan permanen.
Keyakinan itu diwujudkan dalam koefisien adaptasi yang
dinotasikan dengan g. Dalam jangka pendek g terletak antara 0 dan
satu. Semakin mendekati 0 artinya konsumen semakin pesimis bahwa windfall
income akan menjadi pendapatan permanen, sementara semakin mendekati 1
artinya konsumen semakin optimis. Dalam jangka panjang besarnya g adalah
1, artinya seluruh windfall akan menjadi pendapatan permanen.
C = k ( 1 – g ) Yt-1
+ kg Yt
Relative
Income Hypothesis, menurut Duessenbery jika pendapatan berubah maka pola konsumsi juga akan
berubah mengikuti jalur perubahan yang ratchet, karena pola – pola perubahan
konsumsi tersebut melalui tahap – tahap penyesuaian. Dalam jangka pendek karena
konsumen belum bisa menyesuaikan pola konsumsi dengan pendapatan yang baru,
maka konsumen tetap mendasarkan pola konsumsinya pada pendapatan yang
lama, baru dalam jangka panjang pola konsumsi akan mengikuti pada pendapatan
yang baru. Sulitnya penyesuaian terhadap pendapatan yang baru adalah karena psychological
shock pada kasus pendapatan turun. Secara grafis, model konsumsi
Relative income
4.
INVESTASI DAN MULTIPLIER INVESTMENT
INVESMENT atau INVESTASI ( Capital Fermation )
Investasi adalah penanaman
modal atau penambahan alat-alat produksi guna menaikkan harga produk nasional.
© Fungsi Investasi dengan pendapatan nasional.
I = I0 + aY
|
Dimana :
I : Besarnya pengeluaran investasi dalam
masyarakat
I0 : Besarnya pengeluaran investasi pada
tingkat pendapatan nasional sebesar nol.
a : Hasrat investasi marginal ( Marginal Propencity to Investment )
MPI = ¶ I
¶ Y
© Bentuk-bentuk Investasi
1. Atas dasar hubungan pendapatan nasional, investasi
disebabkan oleh :
a. Autonomous Invesment
b. Induced Invesment
2. Atas dasar pelaku pelaksana investasi, maka
pelaksanaan investasi terbagi atas :
a. Publik Investment
b. Privat Invesment
c. Foreight Invesment, dipengaruhi oleh :
·
Menurunnya tingkat bunga
·
Penemuan-penemuan baru dalam
bidang teknologi
·
Meningkatnya jumlah penduduk
·
Meluasnya pasar produksi
masyarakat
Secara otomatis, apabila
investasi bertambah maka nilai MEC juga akan bertambah.
MEC ( Marginal
Effisiensi of Capital )adalah
prosentase keuntungan pertahun.
Nilai MEC dapat diketahui
melalui fungsi :
MEC = Profit
x 100%
Investasi
|
5.
E. PENDAPATAN NASIONAL DALAM
KESEIMBANGAN
National Income Equilibrium adalah satu tingkat dari pendapatan nasional yang pada
tingkat itu tidak dijumpai adanya gejala-gejala timbulnya perubahan. Dapat
dicapai jika besarnya Saving sama dengan besarnya Investasi ( S = I ).
Fungsi Pendapatan nasional
dalam keseimbangan :
Ye = 1
( a + I )
1 – b
|
Ø Kapasitas produksi Nasional
Berdasarkan macamnya, faktor
produksi dibedakan menjadi :
a. Faktor produksi alam ( Natural
Recources )
b. Faktor produksi tenaga manusia (
Human Recources )
c. Faktor produksi modal ( Capital
Recources )
Ø Tingkat Kesempatan Dan Kapasitas Produksi
Nasional terbagi atas :
Full employment adalah perekonomian yang semua kapasitasnya dalam
penggunaan penuh.
Under employment adalah perekonomian dimana ada sebagian kapasitas
produksinya yang menganggur/tidak terpakai.
Over employment adalah apabila kapasitas produksi nasional sudah dalam
penggunaan penuh.
Ø Inflationary dan Deflationary
Inflationary gap adalah keadaan dimana besarnya angka
perbedaan antara jumlah inventasi lebih tinggi dari pada saving full employment
( Sf ).
Deflationary gap adalah keadaan dimana besarnya angka
perbedaan antara full saving employment ( Sf ) lebih tinggi dari pada Investasi.
F. MULTIPLIER dan ACCELERATOR
Multiplier adalah angka pengganda investasi yang akhirnya koefisien angka menunjukkan berapakah
perubahan pendapatan sebagai akibat dari perubahan investasi.
Apabila multiplier dinotasikan dengan K, maka :
K
= 1 / MPS
|
Accelerasi adalah angka yang menunjukkan seberapa
besar nilai investasi sebagai akibat dari bertambahnya konsumsi.
ACC
= ¶I / ¶C
|
G. COR dan ICOR
Cor (Capital Output Ratio) yaitu angka yang menunjukkan perbandingan
antara besarnya investasi dengan besarnya hasil produksi nasional.
Apabila : Y = Pendapatan nasional
K = Besarnya Investasi yang di butuhkan
COR = K
/ Y
|
Maka
I COR = ¶K / ¶Y
|
Icor (Incremental Capital Output Ratio) yaitu angka yang menunjukkan
perbandingan antara pertambahan investasi dengan pertambahan pendapatan.
5.PENDAPATAN
NASIONAL KESEIMBANGAN (NATIONAL INCOME
EQUILIBRIUM) PEREKONOMIAN 2 SEKTOR
Keadaan ekonomi yang diharapkan oleh suatu negara:
1. Tingkat
kesempatan kerja (KK) yang tinggi
2. Peningkatan
kapasitas produksi nasional yang tinggi
3. Tingkat
pendapatan nasional yang tinggi
4. Keadaan
perekonomian yang stabil
5. Neraca
Pembayaran LN yang seimbang (NPI tidak defisit).
6. Distribusi
pendapatan yang lebih merata.
Dalam Analisa Pendapatan Nasional (APN), pembahasannya dibagi menjadi
beberapa tahap, yakni:
- APN untuk perekonomian tertutup sederhana (tanpa kebijakan fiskal):
(Perekonomian 2 sektor) . Asumsi:
Y = C + I
- APN untuk
perekonomian tertutup dengan Kebijakan Fiskal (Perekonomian 3 sektor)
a)
Sistem
Pajak sederhana (besarnya pajak sudah tertentu)
b) Sistem pajak yang ”built in flexible”
Asumsi: Y = C + I + G
- APN untuk perekonomian terbuka.(Perekonomian 4 sektor)
a)
Tanpa
Kebijakan Fiskal ; Asumsi: Y = C + I + (X-M)
b)
Dengan
Kebijakan Fiskal: i) Sistem pajak sederhana; ii) Sistem pajak yang ”built in
flexible”
Asumsi: Y = C + I + G + (X –
M)
Dalam pembahasan tentang APN, asumsi untuk
keadaan perekonomian yang dibahas (misalnya untuk perekonomian tertutup, dengan
kebijakan fiskal atau tidak, atau perekonomian terbuka), mempengaruhi besarnya
angka pengganda yang dihasilkan.
Berikut bahasan tentang APN.
Pendapatan Nasional
Untuk
mengukur keberhasilan sebuah perekonomian antara lain dengan melihat pendapatan
nasional, produk nasional, tingkat Kesempatan Kerja (KK), tingkat harga dan
posisi Neraca Pembayaran Internasional (NPI). Dari berbagai tolok ukur tsb.,
yang menjadi pusat perhatian ekonomi makro adalah pendapatan nasional (national
income), yang dalam artian tertentu nilainya tidak berbeda dengan produk
nasional (national product).
Perkiraan pendapatan dan produk nasional merupakan
rekening atau perkiraan (disebut juga account), yang memuat di satu sisi komponen-komponen
pendapatan nasional dan di sisi lain komponen-komponen produk nasional.
PERKIRAAN
PENDAPATAN DAN PRODUK NASIONAL
Pendapatan Produk
Upah dan gaji Rp ………. .. Pengeluaran
konsumsi Rp ………
Sewa Rp ………… Pengeluaran
investasi Rp ………
Bunga Rp ………… Pengeluaran
pemerintah Rp ………
Laba Rp ………… Ekspor
netto Rp ………
Pendapatan Nasional
Atas dasar biaya
faktor produksi Rp ………….
+
Transfer perusahaan Rp ………….
+
Pajak tak langsung Rp
…………..
-
Subsidi Rp ………….
+
Penyusutan Rp ………….
Pendapatan Nasional atas Produk
Nasional
Dasar harga pasar Rp ………….. atas
dasar harga pasar Rp ………..
1. Analisa Pendapatan Nasional untuk
Perekonomian Tertutup Sederhana
(Perekonoian 2 Sektor)
Dalam ilmu
ekonomi, ada 2 macam pendekatan:
1.
Analisa
statik: static equilibrium analysis, menggunakan asumsi bahwa
perekonomian yang dianalisa merupakan perekonomian stasioner, yakni
perekonomian yang tidak mengalami perubahan-perubahan kecuali apabila terjadi
adanya perubahan pada salah satu atau beberapa variabel eksogennya (variabel
eksogen = yang berasal dari luar model yang dipakai). Analisa
ini lebih banyak dibahas di sini.
2.
Analisa Dinamik: menuntut kita
mengikuti perubahan-perubahan yang terjadi dalam perekonomian dari waktu ke
waktu.
Variabel-variabel ekonomi
agregatif dalam perekonomian tertutup sederhana
Perekonomian tertutup
sederhana: tidak mengenal hubungan ekonomi dengan negara lain (tertutup); dan
tidak mengenal transaksi ekonomi oleh pemerintah (sederhana).
Y = C + I
Y = Pendapatan nas./th.
C = Konsumsi RT./th.
I =
Investasi/th.
1.1 Keadaan Ekuilibrium
·
Dari segi sumber atau asalnya,
pendapatan nasional (= Y) terdiri dari konsumsi dan investasi. Jadi Y = C + I;
sedangkan dari sisi penggunaannya, pendapatan nasional sebagian digunakan untuk
pengeluaran konsumsi dan selebihnya adalah saving, atau Y = C + S. Bila Y pada periode 0 digunakan pada periode
1, Y periode 1 digunakan pada periode 2, kemudian Y periode 2 digunakan pada
periode 3 dan seterusnya, maka hubungan konsumsi, investasi, saving dan pendapatan
nasional dapat digambarkan sbb.:
C0 + I0 =
Y0
Y0 =
C1 + S 1
C1
+ I 1 = Y1
Y1 = C2
+ S 2
C2 + I 2 = Y2
Y2
= C3 + S 3
C3 + I 3 = Y3
dan
seterusnya.
·
Pendapatan
nasional ekuilibrium: tingkat pendapatan nasional, dimana tidak ada kekuatan
ekonomi yang mempunyai tendensi untuk mengubahnya, apabila
dipenuhi syarat Y0 = Y1
= Y2 = Y3 = Y4 dst. Karena C = f (Y), jika Y ekuilibrium,
maka C juga ekuilibrium, atau C0 = C1 = C2 = C3
= C4 dst. Dengan demikian
bila Y0 = Y1 = Y2 = Y3 = Y4 dan seterusnya, maka S0 = S1 = S2
= S3 = S4 dst.à sehingga dapat disimpulkan bahwa kalau :
S1 = I1 maka à Y0
= Y1; kalau S2 = I2
maka Y1 = Y2, demikian
seterusnya. Jadi pendapatan nasional akan mencapai
ekuilibrium jika: S = I
Cara untuk menghitung Y nas. Ekuilibrium :
Y = C + I
C = a
+ cY atau C = C0 + cY
; C0 = a = autonomous
Consumption
Maka :
Y = C0 + cY +
I
Y – cY = C0 + I
(1 – c ) Y
= C0 + I
Yek. = 1 (C0 + I) à Pendapatan nasional ekuilibrium
(1
– c)
Catatan : C = konsumsi RT / th. ; dan I =
Investasi / th. à merupakan variabel
eksogen, yaitu variabel yang tidak diuraikan oleh model-model à variabel eksogen dianggap datum., Misal : I
= Rp 40 milyar / th. à dengan
tanda bar.
Contoh:
Diketahui: Fungsi C = 0,75 Y +
20 tr; dan Investasi/ th = 40 tr.
Hitunglah: Y, C, S
ekuilibrium.
Jawab:
Y ek. = 1 (20 + 40) =
4 (60) = 240
(1-0,75)
C ek = 0,75 Y + 20 = 0,75 (240) + 20 = 200
S ek = Y – C = 240 – 200 = 40
Fungsi Konsumsi, APC dan MPC
C = a
+ cY
c = MPC =
dC/dY ; besarnya: 0,5 < c < 1
APCn =
Cn/Yn
APCn = average propensity to consume pada
tingkat pendapatan nasional sebesar “n”
C = (APCn - MPC)
Yn + MPC . Y
a = (APCn - MPC
) Yn
Contoh :
Diketahui : Y nasional = Rp 100m/thà C = 95
m
Y nasional = Rp 120m/thà C =
110 m
Ditanyakan :
a. Fungsi konsumsi
b.
BEP (Break Even Point) tercapai pada tingkat
pendapatan nasional berapa ?
Jawab
:
APC100 = C100 / Y100 = 95/100 =
0,95
APC120 = C120 / Y120 = 110/120
MPC = dC / dY =
(C120 – C100) : (Y120 – Y100)
= (110 – 95) / (120 –100) = 15/20
= 0,75
a.
C = (APCn –MPC) Yn + MPC . Y
= (0,95 – 0,75) . 100 + 0,75 Y
atau C= (110/120 – 0,75) 120 +
0,75 Y
C = 20 + 0,75 Y
b. BEPà C = Y à Y- C =0
Y – (20 + 0,75 Y) = 0
0,25 Y =
20
Y = 80
Fungsi Saving
Saving/tabungan adalah
bagian daripada pendapatan nasional/th yang tidak dikonsumsi atau dibelanjakan.
S = Y-C
S = Y – a – cY
S =(1-c)Y –a
Jika
C = 20 + 0,75 Y
S = - 20 + 0,25Y
S = MPS = dS / dY APSn
= Sn/Yn
MPC + MPS =1 APCn + APSn = 1
MPC = 1 – MPS APCn = 1 - APSn
MPS = 1 – MPC APSn = 1 – APCn
Y = C + Sà Yn
= Cn + Sn
Yn/ Yn = Cn/Yn + Sn/Yn
1
= APCn + APSn
Angka
Pengganda (multiplier)
- k =
besarnya multiplier
- δ Y = k δI
® δY/δI = multiplier investasi
- Macam-macam multiplier :
multiplier pajak, Consumsi pemerintah, Transfer, dsb.
- Angka pengganda investasi :
- kI = = 1/ (1-c) atau 1/ (1-MPC) = 1/
(MPS)
Contoh :
Diketahui :
C = 0,75 Y + 20
I periode 1 = 40 m ; I periode 2 = 80 m
Hitung
: Y nas. Ekuilibrium pada periode 2
Jawab : kI = 1/MPS = 1/0,25 = 4
dI = I2- I1
= 80 – 40 = 40
Y nas.
Periode 1 :
Y = 1/MPS (a+I) + 4 (20+40) = 240
Y nas.
Periode 2 :
Y2 = Y1 + dY = Y1
+ dI kI =240 + 4 (40) = 400
*** Jadi
perubahan pendapatan nasional ekuilibrium adalah sebesar angka pengganda x besarnya perubahan Investasi; berarti
perubahan I harus terus menerus.
Perubahan jumlah Konsumsi dan
Perubahan jumlah Saving
C1 = C0 + dC
dC = MPC . dY
C1 = C0 + MPC . dY
S1 = S0 + dS
dS = MPS . dY
S1 = S0 + MPS . dY
; karena MPC + MPS = 1, maka :
S1 = S0 + (1 – MPC ). dY
Contoh :
Diketahui fungsi
Konsumsi : C = 0,75 + 20 m
Pada periode sebelum 1971 (periode 0), I/th = 40 m
Pada periode sesudah 1971 (periode 1), I/th = 60 m
Ditanyakan : Dengan
menggunakan angka pengganda, hitung Y nasional, C dan S ekuilibrium yang baru.
Jawab :
a. Angka pengganda investasi
: kI = 1 / 1 – c = 1/ 0,25
=4
∆I = I1 – I0 = 60 –40
= 20 m
b. Y nas. Ekuilibrium
Periode 0 = Y0 = 1/ 1-c (a
+I)
=
4(20 + 40) = 240
Y nas. Ekuilibrium Periode 1
= Y1 = Y0 + kI
. ∆I
= 240 + 4. 20 = 320
c.
Consumsi
ekuilibrium yang baru :
C0 = 0,75 Y + 20
= 0,75 . 240 + 20 =200
C1 = C0
+ MPC .dY = 200 + 0,75 (320-240) =260
atau C1 = 0,75Y1 + 20 = 240+20
d.
Saving
ekuilibrium yang baru :
S0 = 0,25 Y – 20 = 0,25
. 240 =40
S1 = S0 +
MPS . dY = 40 + 0,25 (320 –240) = 60 atau S1 =
0,25 Y1 -20 = 60
Kapasitas Produksi Nasional
o
Faktor
produksi terdiri dari Sumber Daya (SD): SD Alam, SD Manusia, dan SD Modal.
o
Komposisi,
kualitas serta kuantitas SD atau faktor produksi (f.p) mempengaruhi besar
kecilnya kapasitas produksi nasional, sehingga mempengaruhi jumlah barang dan
jasa yang dapat dihasilkan oleh suatu perekonomian.
o
Natural
resources (SDA) yang masih
bersifat potensial tak dapat disebut sebagai f.p tetapi harus dibuat riil dulu.
o
Pembangunan
ekonomi pada dasarnya untuk menaikkan kapasitas nasional, sehingga tingkat
hidup masyarakat naik.
Tingkat Kesempatan Kerja dan
Kapasitas Produksi Nasional
o Perekonomian keadaan Full
Employment adalah perekonomian dimana semua kapasitasnya ada dalam
penggunaan penuh.
o Perekonomian underemployment
adalah perekonomian dimana ada sebagian kapasitas produksinya menganggur.
o Perekonomian over
employment adalah perekonomian dimana kapasitas produksi sudah digunakan
penuh, tetapi permintaan terhadap barang atau jasa terus bertambah, jumlah
produk nasional tak dapat bertambah. Yang dapat diubah adalah pengalokasian
kembali faktor-faktor produksi (reallocation of
resources), disini perekonomian dalam keadaan inflasi.
o
Tingkat Full
employment : tingginya kapasitas produksi nasional yang dipergunakan =
tingkat kesempatan kerja.
6.INFLATIONARY GAP DAN DEFLATIONARY
GAP
Inflationary
Gap (IG) dan Deflationary Gap (DG)
¨
Inflationary Gap terjadi
jika Investasi nyata lebih besar daripada Full Employment (FE) Saving,
atau merupakan besarnya perbedaan antara jumlah Investasi yang terjadi dengan
besarnya Saving pada tingkat FE. (Jika IG naik, maka overemployment
juga naik).
¨
Deflationary Gap (DG) terjadi jika I nyata lebih
kecil daripada Saving pada keadaan FE. (Jika DG semakin besar, maka semakin
jauh tingkat employment berada di bawah tingkat FE).
Contoh :
Diketahui : Fungsi C
= 0,75 Y + 20 milyar
I per tahun = 40 m.
Soal : a. Hitung IG atau DG kalau
kapasitas produksi nasional sebesar 200 m/tahun.
b. Hitung IG atau DG kalau
kapasitas produksi nasional sebesar 280 m/tahun.
Jawab :
a.
S = Y – C
= 200 – (0,75 x 200 +20) = 30 m/th.
I = 40 m
IG = Investasi – S (FE)
IG = 40 – 30 = 10 m
b. S = Y- C = 280 – (0,75 x 280 + 20) = 50 m /th.
Thankyou:))))
ReplyDelete