Pengertian Total Quality Management adalah Kualitas menjadi
hal utama yang menjadi titik fokus setiap perusahaan. Berbagai hal dilakukan
untuk meningkatkan kualitas yang diterapkan pada produk, pelayanan dan
manajemen perusahaan. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan,
lahirlah suatu inovasi yang dikenal dengan TQM. Menurut Tjiptono dan
Anastasia (2003 : 4) “TQM merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha
yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan
terus-menerus atas produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungannya.”
Definisi Total
Quality Management menurut Para Ahli
Menurut Gaspersz (2001:4), “TQM
didefinisikan sebagai suatu cara meningkatkan performansi secara terus-menerus
(continuous performance improvement) pada setiap level operasi atau proses,
dalam setiap area fungsional dari suatu organisasi, dengan menggunakan semua
sumber daya manusia dan modal yang tersedia.”
Menurut Purnama (2006:51), “TQM adalah
sistem terstruktur dengan serangkaian alat, teknik, dan filosofi yang didisain
untuk menciptakan budaya perusahaan yang memiliki fokus terhadap konsumen,
melibatkan partisipasi aktif pekerja, dan perbaikan kualitas terus-menerus
dengan tujuan agar sesuai dengan harapan konsumen.” Hitt, Ireland
dan Hoskisson (2001:223) mengatakan “TQM
adalah inovasi manajerial yang menekankan komitmen total
organisasi kepada pelanggan dan untuk terus-menerus melakukan perbaikan
setiap proses melalui penggunaan pendekatan pemecahan masalah, digerakkan
oleh data, didasarkan pada pemberdayaan kelompok- kelompok dan tim-tim
karyawan.”
Menurut Nasution (2004 : 22), dalam
penerapan TQM, ada 10 unsur utama yang dikembangkan oleh Goetsch dan Davis
(1994) dijelaskan sebagai berikut
- Fokus pada pelanggan
Dalam TQM, baik
pelanggan internal maupun pelanggan eksternal merupakan penggerak. Pelanggan
eksternal menentukan kualitas produk atau jasa yang disampaikan kepada mereka,
sedangkan pelanggan internal berperan besar dalam menentukan kualitas tenaga
kerja, proses, dan lingkungan yang berhubungan dengan produk atau jasa.
- Obsesi terhadap kualitas
Dengan adanya kualitas
yang telah ditetapkan, organisasi harus terobsesi untuk memenuhi atau melebihi
apa yang telah ditentukan sebelumnya. Hal ini berarti bahwa semua karyawan pada
tiap level berusaha melaksanakan setiap aspek pekerjaannya berdasarkan
perspektif untuk melakukan segala sesuatunya dengan lebih baik.
- Pendekatan ilmiah
Pendekatan ilmiah
diperlukan dalam penerapan TQM, terutama untuk mendesain pekerjaan dan dalam
proses pengambilan keputusan dan pemecahan masalah yang berkaitan dengan
pekerjaan yang didesain tersebut.
- Komitmen jangka panjang
TQM merupakan suatu
paradigm baru dalam melaksanakan bisnis. Untuk itu, dibutuhkan budaya
perusahaan yang baru pula. Oleh karena itu, komitmen jangka panjang sangat
penting guna mengadakan perubahan budaya agar penerapan TQM dapat berjalan
dengan sukses.
- Kerjasama tim ( Teamwork)
Dalam organisasi yang
menerapkan TQM, kerjasama tim, kemitraan dan hubungan dijalin dan dibina, baik
antar karyawan perusahaan maupun dengan pemasok, lembaga-lembaga pemerintahan,
dan masyarakat sekitarnya.
- Perbaikan sistem secara berkesinambungan
(continuous improvement)
Setiap produk atau
jasa dihasilkan dengan memanfaatkan proses-proses tertentu di dalam suatu
sistem / lingkungan. Olek karena itu, sistem yang ada perlu diperbaiki secara
terus-menerus agar kualitas yang dihasilkannya dapat semakin meningkat.
- Pendidikan dan pelatihan
Dalam menerapkan TQM,
pendidikan dan pelatihan merupakan faktor yang fundamental untuk dapat
berkembang dan bersaing dengan perusahaan lain, apalagi dalam era persaingan
global.
- Kebebasan yang terkendali
Kebebasan yang timbul
karena keterlibatan dan pemberdayaan karyawan merupakan hasil dari pengendalian
yang terencana dan terlaksana dengan baik.
- Kesatuan tujuan
Agar TQM dapat
diterapkan dengan baik, maka perusahaan harus memiliki kesatuan tujuan. Dengan
demikian, setiap usaha dapat diarahkan pada tujuan yang sama.
- Adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan
Keterlibatan dan
pemberdayaan karyawan merupakan hal yang penting dalam penerapan TQM. Menurut
Tjiptono dan Anastasia, (2003 : 128) “ Tujuan pelibatan dan pemberdayaan adalah
untuk meningkatkan kemampuan organisasi untuk memberikan customer value.
Prinsip Total Quality
Management
TQM merupakan suatu konsep yang berupaya
melaksanakan sistem manajemen kelas dunia. Selayaknya suatu sistem dibuat tentu
memiliki tujuan yang ingin dicapai.
Menutut Ibrahim (2000 : 22),
Tujuan TQM ialah untuk memberikan produk
atau jasa berkualitas yang memenuhi kebutuhan dan kepuasan pasar konsumen
berkelanjutan (sustainable satisfaction) yang pada gilirannya akan
menimbulkan pembelian berkesinambungan sehingga dapat meningkatkan
produktivitas produsen mencapai skala ekonomis dengan akibat penurunan biaya
produksi.
Untuk itu, diperlukan perubahan besar
dalam budaya dan sistem nilai suatu organisasi. Dalam bukunya Nasution
(2005 : 30), menurut Hensler dan Brunell ( dalam Scheuing dan Christopher, 1993
: 165-166), ada empat prinsip utama dalam TQM yang dijelaskan sebagai berikut :
- Kepuasan Pelanggan
Dalam TQM, konsep
mengenai kualitas dan pelanggan diperluas. Kualitas tidak hanya bermakna
kesesuaian dengan spesifikasi-spesifikasi tertentu, tetapi kualitas tersebut
ditentukan oleh pelanggan. Srimindarti mengemukakan dalam tulisannya bahwa,
Kunci persaingan dalam pasar global adalah kualitas total yang mancakup
penekanan-penekanan pada kualitas produk, kualitas biaya atau harga, kualitas
pelayanan, kualitas penyerahan tepat waktu, kualitas estetika dan bentuk-bentuk
kualitas lain yang terus berkembang guna memberikan kepuasan terus menerus
kepada pelanggan agar tercipta pelanggan yang loyal (Hansen dan Mowen, 1999).
Kebutuhan pelanggan diusahakan untuk dipenuhi dalam segala aspek, termasuk di
dalamnya harga, keamanan dan ketepatan waktu. Oleh karena itu, segala aktivitas
perusahaan harus dikoordinasikan untuk memuaskan para pelanggan.
- Respek Terhadap Setiap Orang
Dalam perusahaan yang
menerapkan TQM, setiap karyawan dipandang sebagai individu yang memiliki
talenta dan kreativitas yang khas. Dengan demikian, karyawan merupakan
sumber daya organisasi yang paling bernilai. Oleh karena itu, setiap orang
dalam organisasi diperlakukan dengan baik dan diberi kesempatan untuk terlibat
dan berpartisipasi dalam tim pengambil keputusan.
- Manajemen Berdasarkan Fakta
Prinsip ini menekankan
bahwa setiap keputusan selalu didasarkan pada data, bukan sekedar pada perasaan
(feeling). Ada dua konsep pokok yang berkaitan dengan hal ini. Pertama
prioritas (prioritization), yakni suatu konsep bahwa perbaikan
tidak dapat dilakukan di semua aspek pada saat yang bersamaan, mengingat
keterbatasan sumber daya yang ada. Oleh karena itu, dengan menggunakan data,
maka manajemen dan tim dalam organisasi dapat memfokuskan usahanya pada situasi
tertentu yang vital. Konsep kedua, variasi atau variabilitas kinerja manusia.
Data statistic dapat memberikan gambaran mengenai variabilitas yang merupakan
bagian yang wajar dari setiap sistem organisasi. Dengan demikian, manajemen
dapat memprediksi hasil dari setiap keputusan dan tindakan yang dilakukan.
- Perbaikan Berkesinambungan
Agar dapat sukses,
setiap perusahaan perlu melakukan proses sistematis dalam melaksanakan
perbaikan berkesinambungan. Konsep ini terdiri dari langkah-langkah
perencanaan, dan melakukan tindakan korektif terhadap hasil yang diperoleh.
Metode Total Quality
Management
Pembahasan mengenai metode TQM
difokuskan pada tiga pakar utama yang merupakan pelopor dalam pengembangan TQM.
Mereka adalah W. Edwards Deming, Joseph M.
Juran, dan Philip B. Crosby.
Penjelasan selengkapnya dijelaskan
Nasution (2004), sebagai berikut :
1. Metode W. Edwards Deming
Selama ini Deming dikenal sebagai Bapak
gerakan TQM. Deming mencatat kesuksesan dalam memimpin revolusi kualitas di
Jepang, yaitu dengan memperkenalkan penggunaan teknik pemecahan masalah
dan pengendalian proses statistic (statistical process control = SPC). Deming
menganjurkan penggunaan SPC agar perusahaan dapat membedakan penyebab
sistematis dan penyebab khusus dalam menangani kualitas. Ia berkeyakinan bahwa
perbedaan atau variasi merupakan suatu fakta yang tidak dapat dihindari dalam
kehidupan industri.
Siklus Deming (Deming Cycle)
Siklus ini dikembangkan untuk
menghubungkan antara operasi dengan kebutuhan pelanggan dan memfokuskan sumber
daya semua bagian dalam perusahaan (riset, desain, operasi, dan
pemasaran) secara terpadu dan sinergi untuk memenuhi kebutuhan pelanggan (Ross,
1994: 237). Siklus Deming adalah model perbaikan berkesinambungan yang
dikembangkan oleh W. Edward Deming yang terdiri atas empat komponen utama
secara berurutan yang dikenal dengan siklus PDCA (Plan-Do-Check-Act)
2. Metode Joseph M. Juran
Juran mendefinisikan kualitas sebagai
cocok / sesuai untuk digunakan (fitness for use), yang mengandung pengertian
bahwa suatu barang atau jasa harus dapat memenuhi apa yang diharapkan oleh para
pemakainya. Satu kontribusi Juran yang paling terkenal adalah Juran’s Three
Basic Steps to Progress, diantaranya :
- Mencapai perbaikan terstruktur atas dasar
kesinambungan yang dikombinasikan dengan dedikasi dan keadaan yang
mendesak.
- Mengadakan program pelatihan secara luas.
c.Membentuk komitmen dan kepemimpinan pada tingkat
manajemen yang lebih tinggi.
3. Metode Philip B. Crosby
Crosby terkenal dengan anjuran manajemen
zero defect dan pencegahan. Dalil manajemen kualitas menurut Crosby
adalah sebagai berikut :
- Definisi kualitas adalah sama dengan persyaratan.
Pada awalnya kualitas
diterjemahkan sebagai tingkat kebagusan atau kebaikan (goodness). Definisi ini
memiliki kelemahan, yaitu tidak menerangkan secara spesifik baik / bagus itu
bagaimana. Definisi kualitas menurut Corsby adalah memenuhi atau sama dengan
persyaratan (conformance to requirements). Kurang sedikit saja dari
persyaratannya maka suatu barang atau jasa dikatakan tidak berkualitas.
Persyaratan tersebut dapat berubah sesuai dengan keinginan pelanggan, kebutuhan
organisasi, pemasok dan sumber, pemerintah, teknologi, serta pasar atau
persaingan.
- Sistem Kualitas adalah pencegahan
Pada masa lalu, sistem
kualitas adalah penilaian (appraisal). Suatu produk dinilai pada akhir proses.
Penilaian akhir ini hanya menyatakan bahwa apabila baik, maka akan diserahkan
kepada distributor, sedangkan bila buruk akan disingkirkan. Penilaian seperti
ini tidak menyelesaikan masalah, karena yang buruk akan selalu ada. Maka dari
itu, sebaiknya dilakukan pencegahan dari awal sehingga output-nya dijamin bagus
serta hemat biaya dan waktu. Dalam hal ini dikenal the law of tens. Maksudnya,
bila kita menemukan suatu kesalahan di awal proses, biayanya cuma satu rupiah.
Akan tetapi, bila ditemukan di proses kedua, maka biayanya menjadi 10 rupiah.
Atas dasar itulah sistem kualitas menurut Corsby merupakan pencegahan.
- Kerusakan Nol (zero defect) merupakan standard
kinerja yang harus digunakan
Konsep yang berlaku di
masa lalu, yaitu konsep mendekati (close enough concept), misalnya efisiensi
mesin mendekati 95 persen. Namun, coba dihitung berapa besarnya inefisiensi 5
persen bila dikalikan dengan penjualan. Bila diukur dalam rupiah, maka baru disadari
besar sekali nilainya. Orang sering terjebak dengan nilai persentase, sehingga
Crosby mengajukan konsep kerusakan nol, yang menurutnya dapat tercapai bila
perusahaan melakukan sesuatu dengan benar sejak pertama proses dan setiap
proses.
Fokus Pada Pelanggan
1. Konsep Mengenai Pelanggan.
Dalam pendekatan TQM, pelanggan dan
pemasok ada di dalam dan di luar organisasi. Pelanggan eksternal adalah orang
yang membeli dan menggunakan produk perusahaan. Pemasok eksternal adalah orang
diluar organisasi yang menjual bahan mentah / bahan baku, informasi, atau jasa
kepada organisasi. Sedangkan di dalam organisasi juga ada pelanggan internal
dan pemasok internal.
Pada hakikatnya tujuan bisnis adalah
untuk menciptakan dan mempertahankan para pelanggan. Dalam pendekatan TQM,
kualitas ditentukan oleh pelanggan. Oleh karena itu, hanya dengan memahami
proses dan pelanggan maka organisasi dapat menyadari dan menghargai makna
kualitas. Semua usaha manajemen dalam TQM diarahkan pada satu tujuan
utama, yaitu terciptanya kepuasan pelanggan. Menurut Kotler (2004 : 42),
“Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah
membandingkan antara persepsi/kesannya terhadap kinerja atau hasil suatu produk
dan harapan-harapannya.”
Tjiptono dan Anastasia (2003 : 102)
mengemukakan bahwa kepuasan pelanggan dapat memberikan beberapa manfaat sebagai
berikut :
- Hubungan antara perusahaan dan para pelanggannya
menjadi harmonis.
- Memberikan dasar yang baik bagi pembelian ulang.
- Dapat mendorong terciptanya loyalitas pelanggan.
- Membentuk suatu rekomendasi
yang menguntungkan bagi perusahaan.
- Reputasi perusahaan menjadi baik di mata
pelanggan.
- Laba yang diperoleh dapat meningkat.
2. Analisis Kebutuhan Pelanggan
Dalam pendekatan TQM, kebutuhan
pelanggan diidentifikasi dengan jelas sebagai bagian dari pengembangan produk.
Tujuan organisasi yang menggunakan pendekatan ini adalah untuk melampaui
harapan pelanggan, bukan sekedar memenuhinya. Untuk itu, perlu dikumpulkan
informasi yang akurat mengenai kebutuhan dan keinginan pelanggan atas produk
atau jasa yang dihasilkan perusahaan. Untuk mengidentifikasi kebutuhan
pelanggan dapat digunakan suatu pendekatan yang terdiri atas enam langkah,
yaitu :
- Memperkirakan hasil
- Mengembangkan rencana untuk mengumpulkan
informasi
- Mengumpulkan informasidalam
- Menganalisis hasil
- Memeriksa kesahihan (validitas) kesimpulan
- Mengambil tindakan.
4. Pembentukan Fokus Pada Pelanggan
Karakteristik perusahaan-perusahaan yang
sukses dalam membentuk fokus pada pelanggan adalah sebagai berikut :
a. Visi, Komitmen dan Suasana
Manajemen menunjukkan, baik dengan
kata-kata maupun dalam tindakan bahwa pelanggan itu penting bagi organisasi,
organisasi memiliki komitmen besar terhadap kepuasan pelanggan, dan kebutuhan
pelanggan lebih diutamakan daripada kebutuhan internal organisasi. Salah satu
cara untuk menunjukkan komitmen ini adalah menjadikan fokus pada
pelanggan sebagai faktor utama dalam pertimbangan promosi dan kompensasi.
b. Penjajaran dengan pelanggan
Perusahaan yang bersifat customer-driven
menyejajarkan dirinya dengan para pelanggan. Hal ini tercermin dalam beberapa
hal berikut:
- Pelanggan berperan sebagai penasihat dalam
penjualan,
- Pelanggan tidak pernah dijanjikan sesuatu yang
lebih daripada yang dapat diberikan,
- Karyawan memahami atribut produk
yang paling dihargai pelanggan,
- Masukan dan umpan balik dari pelanggan dimasukkan
dalam proses pengembangan produk.
c. Kemauan untuk mengidentifikasi dan
mengatasi permasalahan pelanggan.
Hal ini tercermin dalam hal berikut :
- Keluhan pelanggan dipantau dan dianalisis,
- Selalu mengupayakan adanya umpan balik dari
pelanggan,
- Perusahaan berusaha mengidentifikasi dan
menghilangkan proses, prosedur, dan sistem internal yang tidak menciptakan
nilai bagi para pelanggan.
d. Memanfaatkan informasi dari pelanggan
Pemanfaatan informasi pelanggan
tercermin dalam hal :
- Semua karyawan memahami bagamana
pelanggan menetukan kualitas
- Karyawan pada semua level diberi kesempatan untuk
bertemu dengan pelanggan
- Karyawan mengetahui siapa yang menjadi pelanggan
sesungguhnya
- Karyawan dan manajer memahami kebutuhan dan
harapan pelanggan.
e. Mendekati para pelanggan
Mendekati pelanggan berarti melakukan
hal-hal berikut :
- Memudahkan para pelanggan untuk menjalankan
bisnis
- Berusaha untuk mengatasi semua keluhan pelanggan
- Memudahkan para pelanggan dalam menyampaikan
keluhannya, misalnya lewat surat, telepon, atau datang langsung.
f. Kemampuan, kesanggupan dan
pemberdayaan karyawan Para karyawan diperlakukan sebagai professional yang
memiliki kemampuan, dan diberdayakan untuk menggunakan pertimbangannya sendiri
dalam melakukan hal-hal yang dianggap perlu dalam rangka memuaskan kebutuhan
pelanggan.
g. Penyempurnaan produk dan proses
secara terus-menerus Pendekatan ini diwujudkan dalam hal :
- Kelompok fungsional internal bekerja sama untuk
mencapai sasaran bersama
- Praktik-praktik bisnis terbaik dipelajari dan
dilaksanakan
- Waktu siklus riset dan pengembangan secara terus-
menerus dikurangi
- Setiap masalah diatasi dengan segera
- Investasi dalam pengembangan ide-ide inovatif
dilakukan.
Perbaikan Berkesinambungan
Konsep perbaikan berkesinambungan
diterapkan baik terhadap proses produk maupun orang yang melaksanakannya.
Dalam proses TQM, manajemen berperan besar untuk meningkatkan kualitas
sehingga memungkinkan adanya penerapan sistem perbaikan berkesinambungan.
Menurut Nasution, (2001 : 30) “TQM mencakup semua manajer dan karyawan dan
menggunakan metode kuantitatif untuk memperbaiki berbagai proses organisasi secara
berkesinambungan.” TQM merupakan integrasi dari semua fungsi dan proses
dalam organisasi untuk mendapatkan perbaikan kualitas produk dan jasa secara
berkelanjutan (continuous improvement). Berdasarkan Hansen dan Mowen (2004 :
16), “Perbaikan berkelanjutan adalah hal yang mendasar sifatnya bagi
pengembangan proses manufaktur yang sempurna.”
Menurut Tjiptono dan Anastasia ( 2003 :
262) pelaksanaan perbaikan berkesinambungan meliputi :
- Penentuan masalah dan pemecahan yang
memungkinkan.
- Pemilihan dan implementasi pemecahan yang paling
efektif dan efisien.
- Evaluasi ulang, standarisasi, dan pengulangan
proses.”
a. Pendekatan Perbaikan Berkesinambungan
(Continuous Improvement)
Untuk mengikuti perubahan lingkungan
eksternal, manajer harus mengubah organisasi. Manajer harus selalu melakukan
perbaikan. Oleh karena perubahan lingkungan eksternal semakin cepat, maka
manajer harus melakukan perbaikan yang berbeda dan lebih sering. Mereka harus
melakukan perbaikan berkesinambungan yang merupakan usaha konstan untuk
mengubah dan membuat sesuatu menjadi lebih baik. Pendekatan TQM terhadap
perbaikan berbeda dengan pendekatan tradisional. Beberapa perbedaan pokok
diuraikan sebagai berikut :
- Alasan (occasion)
Dalam pendekatan
tradisional, perbaikan terjadi hanya apabila ada pengembangan produk baru dan
reaksi terhadap masalah-masalah yang serius. Perbaikan tidak akan dilakukan
jika tidak ada masalah besar. Sedangkan dalam TQM manajer memperbaiki
settiap aspeek dalam sistem organisasi pada setiap kesempatan, bahkan pada saat
tidak ada masalah besar.
- Pendekatan (approach)
Dalam pendekatan
tradisional, manajer melakukan perbaikan dengan coba-coba ( trial and error).
Sedangkan dalam TQM manajer menggunakan metode ilmiah untuk mempelajari
perubahan yang diusulkan dan akibat yang dapat ditimbulkannya.
- Respon Terhadap Kesalahan
Dalam TQM kesalahan
tidak disukai, tetapi manajer memandang kesalahan sebagai kesempatan untuk
belajar. Setiap orang secara terbuka mengakui kesalahn karena manajer tidak
mencari orang yang salah, tetapi berusaha memperbaiki sistem atau proses.
- Perspektif Terhadap Pengambilan Keputusan
Dalam pendekatan
tradisional, manajer membuat keputusan yang secara politis bermanfaat untuk
mencapai tujuan jangka pendek personal. Dalam TQM manajer membuat keputusan
untuk mendukung tercapainya tujuan strategis jangka panjang.
- Peranan Manajerial
Dalam TQM manajer
tertantang untuk melakukan perbaikan strategic untuk memenuhi permintaan di
masa yang akan datang. Pada saat yang sama, manajer juga secara konsisten
melaksanakan sistem yang ada untuk memenuhi permintaan saat ini.
- Wewenang
Manajer puncak masih
memegang wewenang tetapi dibagikan dengan mengkomunikasikan pandangannya dan
memberdayakan para karyawan untuk merealisasikan pandangan tersebut.
- Fokus
Menerapkan TQM berarti
manajer berfokus pada perbaikan hasil bisnis melalui perbaikan kemampuan
sistem. Mereka memfokuskan pada alat dan hasil, karena mereka bertanggung jawab
untuk memperbaiki sistem tersebut.
- Pengendalian
Manajer secara
statistic mempelajari variasi untuk memahami penyebab kinerja yang buruk dan
mengubah sistem untuk memperbaiki kinerja.
- Alat
Manajer mengasumsikan
tanggung jawab sebagai alat untuk melakukan perbaikan yang dilakukan oleh staf
atau bawahan.
b. Strategi Perbaikan Berkesinambungan
Dalam dunia bisnis dan industry dikenal
berbagai macam proses. Tidak ada satu-satunya cara yang tepat digunakan untuk
memperbaiki proses yang ada. Meskipun demikian, ada beberapa strategi standard
yang biasa digunakan untuk memperbaiki proses secara berkesinambungan. Strategi
yang biasa digunakan antara lain :
- Menggambarkan proses yang ada
Strategi ini ditempuh
untuk menjamin bahwa setiap orang yang terlibat dalam usaha perbaikan proses
telah memiliki pemahaman mengenai proses secara mendalam.
- Membakukan proses
Untuk melakukan
perbaikan proses secara berkesinambungan, setiap orang yang terlibat dalam
operasi harus menggunakan prosedur yang sama.
- Menghilangkan kesalahan dalam proses
Strategi ini bertujuan
untuk mengidentifikasi dan menghilangkan kesalahan yang sering terjadi dalam
operasi suatu proses.
- Merampingkan proses
Strategi ini
dilaksanakan untuk mengurangi waktu silkus produksi dan menghapus tahap-tahap
yang tidak perlu. Bila proses telah dirampingkan, maka setiap tahap di dalamnya
memberikan kontribusi nyata bagi pencapaian tujuan yang diinginkan, dan
memberikan nilai tambah.
- Mengurangi sumber-sumber terjadinya variasi
Kangkah yang harus
dilakukan adalah mengidentifikasi sumber-sumber variasi. Sumber-sumber ini
dapat dilacak berdasarkan perbedaan-perbedaan yang timbul karena factor
manusia, mesin, instrument pengukuran, material, sumber material, mesin, dan
kondisi operasi.
- Menerapkan pengendalian proses statistic
Metode pengendalian
proses statistic memungkinkan dilakukannya penghapusan variasi yang dikarenakan
oleh penyebab khusus timbulnya variasi.
- Memperbaiki rancangan
Strategi ini bertujuan
untuk memperbaiki desain proses.
Selain strategi yang umum digunakan,
Goetsch dan Davis (1994) mengemukakan dua puluh strategi perbaikan
berkesinambungan sebagai berikut :
- Pengurangan Lead Time
Lead time dapat
dikurangi dengan jalan mengevaluasi faktor-faktor seperti waktu pemrosesan
order, waktu tunggu sebelum tahap produksi, lead time pemanufakturan, waktu
penyimpanan, dan waktu pengiriman.
- Flow Production
Flow production adalah
produksi yang berjalan dengan halus dan terus-menerus tanpa gangguan.
- Group Technology
Aliran produksi
tradisional biasanya berjalan lurus. Dengan group technology, proses diatur
sehingga aliran kerjanya berbentuk huruf U. Ada beberapa manfaat yang diperoleh
dari group technology, yaitu :
- Lead time yang lebih singkat
- Fleksibilitas lebih tinggi
- Waktu penanganan bahan baku yang lebih singkat
- Barang dalam proses dapat diminimumkan
- Fleksibilitas dengan memperhatikan volume
- Ruang yang dibutuhkan lebih sedikit
- Level Produksi
Level produksi disusun
sedemikian rupa untuk mempermudah produksi dan menghemat biaya.
- Synchorized Production
Strategi ini berupaya
mensikronkan lini produksi dan pemasok. Dengan demikian pemasok dapat
mengirimkan bahan baku yang dibutuhkan dalam jumlah dan waktu yang tepat, serta
ke tempat di lini produksi yang tepat.
- Overlapped/ parallel production
Strategi ini mengubah
lini produksi yang panjang dengan kapasitas produksi yang besar menjadi lini
produksi dengan ukuran yang lebih kecil.. hal ini memungkinkan diproduksinya
beberapa macam konfigurasi yang berbeda- beda dari suatu produk yang sama dalam
saat yang bersamaan dan atau berjalan bersamaan (parallel).
- Schedule yang fleksibel
Produksi dan kemampuan
untuk melakukan overlap/ parallel production memberikan kemudahan dalam
penjadwalan (scheduling). Semakin banyak pilihan
yang tersedia bagi penjadwalan produksi, mereka akan semakin felsibel dalam
menyusun schedule.
- Pull Control
Dengan pull control
yang baik, aliran kerja dalam proses berlangsung tanpa terganggu oleh waktu
tunggu yang lama antar tahap produksi.
- Visual Control
Visual control
merupakan sistem penyebaran informasi yang memungkinkan teridentifikasinya
ketidaknormalan yang terjadi dalam suatu proses.
- Stockless Production
Strategi ini merupakan
pendekatan dalam menangani pekerjaan, persediaan, perencanaan lead time,
penyeimbangan proses, pemanfaatan kapasitas, dan siklus skedul yang mengurangi
barang dalam proses.
- Jidoka
Jidoka berarti
menghentikan semua proses bila ditemukan kerusakan sehingga tidak akan
menyebabkan masalah tambahan.
- Pengurangan waktu Setup
Strategi ini meliputi
segala aktivitas yang dapat mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk menghentikan
suatu proses dan kemudian memulai kegiatan produksi lainnya.
- In-process control
Barang dalam proses
merupakan barang yang menganggur (idle), menunggu untuk diproses lebih lanjut.
Pengendalian terhadap jumlah barang dalam proses meliputi usaha
mengorganisasikan aliran produksi yang lebih fleksibel.
- Perbaikan kualitas
Selain meningkatkan
produktivitas dengan menggunakan berbagai strategi, perlu pula melakukan
perbaikan kualitas secara simultan atau bersamaan.
- Total cost cycle
Dalam strategi ini,
keputusan lebih didasarkan pada total cost cycle daripada biaya suatu bagian
proses saja. Jadi, penekanannya adalah pada pengurangan biaya keseluruhan.
- Cost curve
Kurva biaya ini
bermanfaat dalam membantu manajer untuk menghemat biaya menangani order. Kurva
ini enggambarkan secara grafis seberapa besar biaya terakumulasi dan
dibebankan pada pelanggan. Biaya yang disajikan dalam kurva biaya terdiri atas
biaya bahan baku dan biaya konversi.
- Mushroom concept
Strategi ini dirancang
untuk memperluas basis pelanggan suatu peusahaan dengan jalan menciptakan suatu
produk yang bervariasi tetapi tetap dalam bentuk baku. Hal ini dapat dicapai
dengan cara mempertahankan proses standar selama siklus produksi keseluruhan
dan hanya melakukan panambahan karakteristik (ciri-ciri) yang berbeda pada
tahap akhir proses, sehingga akhir yang dihasilkan beraneka ragam.
- Pemasok sebagai mitra
Strategi ini
melibatkan pemasok sebagai mitra dalam seluruh fase pengembangan produk.
Apabila pemasok tersebut memahami apa yang diinginkan peusahaan, maka mereka
dapat berusaha membantu sebisa mungkin.
- Total Industrial Engineering
Konsep ini
menggabungkan tiga unsur yaitu organisasi, teknik dan orang-orang yang terkait
dalam rangka melakukan perbaikan berkesinambungan. Fokus utama total
industrial engineering adalah sistem industrinya.
- Total Productive Maintenance (TPM)
TPM berarti memelihara
semua sistem dan peralatan secara terus-menerus dan tepat sepanjang waktu. Di
tempat kerja yang sibuk, biasanya mesin dan sistem kurang terpelihara. Bila hal
ini terjadi, maka sistem tersebut tidak dapat mendukung produktivitas dan
kualitas yang tinggi dalam rangka meningkatkan daya saing.
3. Pelibatan dan Pemberdayaan Karyawan
a. Konsep Pelibatan dan Pemberdayaan
Karyawan (PPK)
Walaupun kedua konsep ini saling
berkaitan, namun merupakan dua hal yang berbeda.
Tjiptono dan Anastasia (2003)
mengatakan,
Pelibatan karyawan adalah suatu proses
untuk mengikutsertakan para karyawan pada semua level organisasi dalam
pembuatan keputusan dan pemecahan masalah. Keputusan akan menjadi lebih baik
dengan adanya masukan dari setiap pihak yang dipengaruhi oleh keputusan
tersebut.”
Pemberdayaan dapat diartikan sebagai
pelibatan karyawan yang benar-benar berarti (signifikan). Dengan demikian
pemberdayaan tidak sekedar hanya memiliki masukan, tetapi juga memperhatikan,
mempertimbangkan dan menindaklanjuti masukan tersebut apakah akan diterima atau
tidak. Tanpa adanya pemberdayaan, pelibatan karyawan hanyalah merupakan alat
manjemen yang tidak ada gunanya. Oleh karena itu, pelibatan harus seiring
dengan pemberdayaan karyawan.
b. Implementasi Pelibatan dan
Pemberdayaan Karyawan
Pelibatan dan pemberdayaan karyawan
(PPK) akan berarti hanya apabila hal tersebut merupakan suatu usaha sistematik
yang dilakukan untuk membantu organisasi guna meningkatkan nilai yang akan
diberikan kepada pelanggan.
Tjiptono dan Anastasia (2003), Kesalahan
umum yang harus dihindari pada saat mengimplementasikan PPK adalah sebagai
berikut:
- Memulai kegiatan tanpa adanya strategic
sistematik
- Memulai kegiatan PPK tanpa adanya kepemimpinan
yang aktif dari manajemen.
- Menghitung kegiatan (seperti jumlah pertemuan tim
untuk peningkatan kualitas)
- Rencana dan harapan yang tidak realistis
Peranan utama manajemen dalam PPK adalah
melakukan segala sesuatu yang diperlukan untuk menjamin kesuksesan
pelaksanaan dan penerapan konsep tersebut secara terus- menerus. Peranan ini
dapat diringkas menjadi tiga fungsi, yaitu komitmen, kepemimpinan, dan
kemudahan. Ketiga fungsi ini dibutuhkan untuk mengatasi hambatan dan penolakan
terhadap pelaksanaan PPK atau perubahan pokok lainnya dalam budaya perusahaan.
Peranan manajer dalam PPK antara lain
meliputi :
- Menunjukkan sikap yang mendukung
- Menjadi model peran
- Menjadi pelatih
- Menjadi fasilitator
- Mempraktikkan Management By Walking Around
- Mengambil tindakan dengan segera atas rekomendasi
- Menghargai prestasi karyawan.
c. Pendidikan dan Pelatihan
Pendidikan berbeda dengan pelatihan.
Pelatihan merupakan bagian dari pendidikan. Pendidikan lebih bersifat filosofis
dan teoritis. Sedangkan pelatihan bersifat spesifik, praktis dan segera.
Spesifik berarti pelatihan berhubungan secara spesifik dengan pekerjaan yang
dilakukan. Praktis dan segera berarti bahwa apa yang sudah dilatihkan dapat
diaplikasikan dengan segera sehingga materi yang diberikan harus bersifat
praktis.
Pendidikan dan pelatihan memiliki tujuan
yang sama, yaitu pembelajaran. Di dalam pembelajaran terdapat pemahaman secara
implisit. Melalui pemahaman, karyawan dimungkinkan untuk menjadi seorang
innovator, pengambil inisiatif, pemecah masalah yang kreatif, serta menjadikan
karyawan efektif dan efisien dalam melakukan pekerjaan.
1. Faktor penyebab perlunya pendidikan
dan pelatihan
Agar tetap survive dalam pasar dunia,
perusahaan harus dapat bersaing secara global. Ada beberapa faktor penyebab
diperlukannya pendidikan dan pelatihan menurut Tjiptono dan Anastasia (2003 :
213-214), yaitu :
a. Kualitas angkatan kerja yang ada
Angkatan kerja terdiri dari orang0orang
yang berharap untuk memiliki pekerjaaan. Pekerjaan-pekerjaan baru dipenuhi dari
angkatan kerja tersebut. oleh karena itu,
kualitas angkatan kerja merupakan hal yang penting. Kualitas disini
berarti kesiapan dan potensi angkatan kerja yang ada.
Angkatan kerja yang berkualitas tinggi
adalah kelompok yang memiliki pendidikan yang baik dan memiliki
keterampilan intelektual seperti membaca (memahami), mendengarkan, berpikir,
berbicara dan memecahkan masalah. Orang-orang seperti ini potensial untuk
belajar dan beradaptasi dengan cepat terhadap pekerjaannya.
b. Persaingan Global
Selayaknya perusahaan harus menyadari
bahwa mereka menghadapi persaingan dalam pasar global yang ketat. Agar dapat
memenangkan persaingan, perusahaan harus mampu menghasilkan produk yang lebih
baik dan lebih murah daripada pesaingnya. Untuk itu diperlukan senjata yang
ampuh untuk menghadapi persaingan agar tetap survive dan memiliki dominasi.
Senjata tersebut adalah pendidikan dan pelatihan.
c. Perubahan yang cepat dan
terus-menerus
Dalam lingkungan yang terus berubah
seperti sekarang ini, penting memperbaharui kemampuan karyawan. Organisasi yang
tidak memahami perlunya pendidikan dan pelatihan tidak mungkin dapat mengikuti
perubahan tersebut.
d. Masalah-masalah alih teknologi
Alih teknologi adalah perpindahan atau
transfer teknologi dari satu objek ke objek lain. Ada dua tahap dalam
proses alih teknologi. Tahap pertama adalah komersialisasi
teknologi baru yang merupakan pengembangan bisnis dan tidak melibatkan
pelatihan.
Tahap kedua dari proses ini adalah
difusi teknologi yang memerlukan pelatihan. Difusi teknologi adalah proses
pemindahan teknologi yang baru dikomersialkan ke dunia kerja untuk meningkatkan
produktivitas, kualitas dan daya saing.
2. Pendekatan Dalam Pemberian Pelatihan
Ada tiga macam pendekatan pokok dalam
pemberian pendidikan dan pelatihan, yaitu pendekatan internal, pendekatan
eksternal, dan pendekatan kemitraan. Tjiptono dan Anastasia (2003) mengatakan,
a. Pendekatan Internal
Pendekatan internal adalah pendekatan
yang digunakan untuk memberikan pendidikan dan pelatihan dengan fasilitas
organisasi. Pendekatan ini meliputi one-on-one training, on- the-job
computer-based training, formal group instruction, dan media-based instruction.
One-on-one training dilaksanakan dengan
menempatkan karyawan yang kurang trampil dan belum berpengalaman di bawah
instruksi karyawan yang lebih terampil dan berpengalaman. Pendekatan ini sering
digunakan bila ada karyawan yang baru direkrut. Pendekatan ini efektif juga
mempersiapkan penggantian bagi karyawan yang merencanakan untuk pensiun atau
keluar.
Computer-based training terbukti sebagai
pendekatan internal yang efektif. Penerapannya sangat cocok untuk
memberikan pengetahuan umum. Metode dapat menyajikan umpan balik yang cepat dan
terus-menerus kepada pemakainya.
Dalam formal group instruction, sejumlah
karyawan yang memerlukan pendidikan dan pelatihan umum dilatih bersama. Metode
ini meliputi kuliah, demonstrasi, penggunaan multimedia, sesi tanya jawab,
permainan peran (role playing) dan simulasi.
b. Pendekatan Ekternal
Pendekatan eksternal adalah pendekatan
yang dilaksanakan dengan jalan mendaftarkan karyawan pada program atau kegiatan
yang diberikan oleh lembaga pemerintahan, lembaga swasta.
Pendekatan yang paling sering dilakukan adalah mendaftarkan karyawan dalam
pelatihan jangka pendek dalam jam kerja, dan mendaftarkan karyawan dalam
peltihan jangka panjang seperti kursus-kursus. Pendekatan eksternal terutama
digunakan untuk mengembangkan keterampilan umum.
c. Pendekatan Kemitraan
Dewasa ini mulai banyak dijalin
kemitraan antara perusahaan dengan perguruan tinggi untuk memberikan customized
training. Kemitraan dengan perguruan tinggi memberikan keuntungan kapada
perusahaan yang ingin menyelenggarakan pelatihan bagi karyawannya.
Perguruan tinggi memiliki tenaga professional dalam bidang pendidikan dan pelatihan.
Mereka sangat memahami cara mentranformasikan tujuan pelatihan ke dalam
materi pelatihan yang bersifat customized. Perguruan tinggi juga memiliki
sumber daya yang dapat
mengurangi atau menghemat biaya pelatihan organisasi.
Keuntungan lainnya adalah adanya kredibilita, formalisasi, standarisasi dan
fleksibilitas.
Daftar Pustaka Makalah Total
Quality Management (TQM)
Tjiptono, Fandy dan Anastasia Diana.
2003. Total Quality Management. Cetakan Kedua, Andi Offset,
Yogyakarta.
Gaspersz, Vincent. 2001. Total
Quality Manajemen. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Purnama, Nursya’bani. 2006. Manajemen
Kualitas Perspektif Global. Ekonisia, Yogyakarta.
Hitt,Michael A, R.Duane Ireland dan
Robert E. Hoskisson. 2001. Manajemen Strategis : Daya Saing
dan Globalisasi. Salemba Empat, Jakarta.
Nasution, M.N.2004. Manajemen
Mutu Terpadu ( Total Quality Management). Ghalia
Indonesia, Jakarta.
Ibrahim, Buddy. 2000. TQM (Total
Quality Management) : Panduan Menghadapi Persaingan Global. Djambatan,
Jakarta.
Kotler, Philip.2004. Manajemen
Pemasaran. PT Indeks, Jakarta.
No comments:
Post a Comment